Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia (PNRI) menginjak umur 40 tahun, dimana dalam siklus hidup manusia ia sedang
berada di titik emas karirnya. Pada usia 40 tahun, manusia sudah mencicipi jatuh
bangun, manis pahit, tangis bahagia, menuju pribadi yang jauh lebih matang. Begitu
pula PNRI. Ia menjadi pelaku sekaligus saksi sekaligus barang bukti kemajuan peradaban
manusia.
40 tahun menjadi waktu yang sangat
panjang mengingat peradaban manusia berkembang begitu pesatnya. Pada tahun
1980, dunia baru saja mengenal komputer (PC). Penemuan komputer menjadi tonggak
sejarah yang menumbuhkan teknologi turunannya. Penemuan telfon, internet dan
sederet karya lainnya menjadi katalisator bagi percepatan peradaban menuju
dunia yang tanpa batas. Hingga saat ini dunia mengenal revolusi industri 4.0
yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Segalanya serba internet, digital, real
time, dan serba mungkin. Terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia
dengan masuknya teknologi Internet of Things (IoT), sensor, cloud
computing, dan machine learning.
Sejauh itu peradaban berlalu,
sejauh itu pula PNRI tumbuh.
Perpustakaan adalah rumah ilmu
pengetahuan
Peradaban tidak dibangun melalui
kekuatan ekonomi maupun militer, tetapi oleh kekuatan ilmu. Ekonomi, militer,
seni, dan budaya merupakan tanaman yang tumbuh dari biji bernama “ilmu”. Ilmu
merupakan hasil keaktifan akal yang diperoleh dari penginderaan terhadap
obyek-obyek indrawi, dari obyek khayali dan aqliy. Semua itu
menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan diartikan sebagai kesatuan subyek yang
mengetahui dan obyek yang diketahui. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut
berdasarkan kemampuannya sebagai makhluk yang berpikir, merasa dan mengindera.
Perpustakaan menggambarkan
perjalanan panjang evolusi pemikiran manusia. Potongan-potongan informasi dari
waktu ke waktu merupakan dokumentasi sejarah yang bermanfaat untuk masa kini
dan masa depan. Perpustakaan menjaga dan melestarikan dokumen-dokumen tersebut
untuk masyarakat. Jika buku adalah jendela ilmu, maka perpustakaan adalah
rumahnya. Perpustakaan menjadi tempat bernaungnya kekayaan intelektual bangsa
yang tertulis, tercetak, dan terekam. Masyarakat mendapatkan ilmu pengetahuan,
kemudian akan mengkaji dan terus mengembangkannya bagi kepentingan bangsa di
masa depan. Hal ini menegaskan keberadaan perpustakaan yang menjadi jembatan
ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Peran PNRI sebagai simbol peradaban
bangsa berdiri di atas dua pijakan kokoh tugas dan fungsi. Pijakan pertama,
Perpustakaan Nasional mempunyai tugas dan fungsi untuk menghimpun dan
melestarikan khazanah intelektual bangsa berupa berbagai karya cetak dan karya
rekam, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 13 Tahun 2019 tentang Serah Simpan
Karya Cetak dan Karya Rekam. Pijakan kedua, Perpustakaan Nasional mempunyai
tugas dan fungsi dalam rangka pemanfaatan berbagai karya cetak dan karya rekam
sebagai sebagai khazanah intelektual bangsa, melalui layanan, pameran, membaca
dan berdiskusi, pengemasan informasi dan penyediaan akses secara luas bagi
masyarakat, sesuai amanat Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan.
PNRI Adalah Budaya Indonesia Itu
Sendiri
Jika museum menjadi saksi sejarah
yang menyajikan cerita secara spesifik melalui dokumen dan rekaman, eksistensi
PNRI jauh melebihi itu. Lain pula halnya dengan bangunan bersejarah dimana
manusia mempelajari kejadian masa lalu, perpustakaan lebih luas daripada itu.
Pun dengan pameran yang sifatnya sementara, perpustakaan menjadi tempat
menampilkan karya terbaik yang abadi. Museum, bangunan bersejarah, dan pameran
adalah sebagian fungsi dari perpustakaan. Perpustakaan menjadi tempat
berlabuhnya ilmu pengetahuan dari masa lampau, masa sekarang, dan memberikan
gambaran dunia di masa depan.
Kita patut bersyukur tinggal di
Indonesia dengan kekayaan budaya yang tidak terhitung nilainya. Ada 1.340
kelompok etnik atau suku bangsa yang mendiami Indonesia dari Sabang hingga
Merauke. Perbedaan diantaranya merupakan sebuah keniscayaan akibat adanya
perbedaan geografis, historis, pendidikan dan adaptasi pada lingkungan
masing-masing. Nilai budaya sebagai dasar pembangunan peradaban bangsa tertuang
dalam bentuk bangunan, penemuan, rekaman dan tulisan. Hal tersebut merupakan
hasil cipta, rasa, dan karsa mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional,
sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Nilai budaya yang adiluhung itu
sudah selayaknya dikumpulkan, diolah, dan dilestarikan di perpustakaan. Sikap
dan mental bangsa Indonesia yang menghargai warisan leluhur ditunjukkan dengan
pelestarian budaya. Landasan berpikir dalam pelestarian budaya ini tidak cukup
dengan penerimaan informasi, tapi lebih mengenai bagaimana rasa cinta tumbuh secara
emosional. Sejarah telah membuktikan bahwa perpustakaan telah mampu melakukan
pelestarian (preservationa) dan pengalihan (transmition) informasi dan
pengetahuan ke dalam berbagai bentuk dan media. Dialog budaya antarahli,
antarwaktu dan antargenerasi terjadi di perpustakaan.
Era Baru Perpustakaan Nasional
Bagi kawan-kawan yang tinggal jauh
dari ibukota, mungkin banyak yang tidak tahu menahu tentang keberadaan PNRI
pada awalnya. Hingga pada tahun 2016, media memberitahu bahwa PNRI memiliki
wajah baru dan melakukan transformasi besar-besaran baik secara fisik maupun
pelayanan. Artinya, PNRI menjadi subyek sekaligus obyek perkembangan ilmu
pengetahuan. PNRI menyesuaikan diri dengan kebutuhan semua kalangan masyarakat,
dengan tajuk smart library for smart people.
Fenomena tersebut dibarengi dengan
kampanye literasi yang masif digaungkan di masyarakat. Rendahnya daya literasi
masyarakat ditengarai karena dua faktor, yaitu minat baca yang rendah dan
kurangnya akses terhadap buku. PNRI memangkas faktor aksesibilitas terhadap
buku dengan menyediakan layanan luring dan daring agar bisa diakses oleh semua
kalangan.
Kampanye tersebut sukses menyedot
perhatian masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia semaksimal
mungkin. Baik dengan cara mengunjungi gedung PNRI secara langsung maupun melalui
platform daring yaitu di www.perpusnas.go.id dan dapat juga diakses melalui
aplikasi iPusnas di ponsel. Ketersediaan akses secara daring ini tentu saja
memberikan kesempatan kepada masyarakat dengan jangkauan lebih luas dan waktu
akses yang lebih fleksibel. Apalagi aplikasi iPusnas dilengkapi dengan berbagai
fitur yang mempermudah pengguna untuk menyelami perpustakaan.
Layanan daring Perpusnas terbukti
meningkatkan minat baca masyarakat dilihat dari jumlah interaksinya. Jumlah
kunjungan ke portal e-resources saja mencapai total 3.149.747 dengan angka
tertinggi pada tahun 2019 yaitu 536.858. Sementara itu, saat ini aplikasi
iPusnas telah diunduh sebanyak lebih dari 500.000 oleh pengguna Android saja
dengan jumlah pemustaka yang aktif terdapat sebanyak 579.756. Selama pandemi
covid-19, kunjungan daring di web tematikal PNRI mencapai kenaikan 130%. Sepanjang
bulan Maret 2020 saja terdapat 155.405 pengguna baru.
Pada saat integrasi Perpustakaan
Nasional tahun 1980, koleksi Perpustakaan Museum Pusat berjumlah 400.000 eksemplar. Hingga akhir 2019, tercatat ada 1.849 manuskrip, 963
buku langka, 260 terbitan berkala, 1.552 peta serta 5.716 gambar dan foto
bersejarah koleksi Perpustakaan Nasional sudah dialihmediakan ke
dalam bentuk digital. Selain itu, ada pula 1.012 koleksi audio yang sejak awal
diserahkan oleh penerbit dalam format digital. Pada koleksi buku, saat
ini terdapat 591.739 salinan buku digital dari 50.433 judul yang tersedia dari
berbagai genre.
Ilmu
pengetahuan akan terus berkembang di masa depan. Perpustakaan Nasional
diharapkan menjadi sebaik-baiknya jembatan yang akan mengantarkan bangsa
Indonesia ke peradaban berikutnya. Menuju tak terbatas!
Referensi:
Anonim.
2020. Suku Bangsa. Diakses dari https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa pada tanggal 2 Juni 2020.
Basuki,
Sulistyo. 2008. Sejarah Perpustakaan Nasional RI: Sebuah Kajian. Diakses
dari: https://kelembagaan.perpusnas.go.id/Digital_Docs/pdf/about_us/histories/normal/HASIL_KAJIAN_SEJARAH_PERPUSNAS_RI.PDF pada tanggal 1 Juni 2020.
Hs,
Lasa. 2009. Peran Perpustakaan dalam Melestarikan Budaya dan Membangun
Peradaban. Yogyakarta.
Indra,
Rahman. 2017. Memaknai Buku dan Minat Baca di Hari Buku Nasional 2017.
Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170517114249-277-215422/memaknai-buku-dan-minat-baca-di-hari-buku-nasional-2017 pada tanggal 1 Juni 2020.
Indriani
dan Meirina, Z. 2020. Perpusnas : PSBB bisa
diisi dengan membaca buku melalui aplikasi. Diakses dari: https://www.antaranews.com/berita/1419557/perpusnas-psbb-bisa-diisi-dengan-membaca-buku-melalui-aplikasi pada tanggal 2 Juni 2020.
Narendra,
A.P. 2016. Perpustakaan Digital Dan Electronic Resources (E-Resources)
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Trusted Repository Bagi Masyarakat
Indonesia. Diakses dari http://repository.ut.ac.id/8008/1/FISIP201601-26.pdf pada tanggal 1 Juni 2020.
PNRI.
2020. e-Resources Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Diakses dari
http://e-resources.perpusnas.go.id/ pada tanggal 2 Juni 2020.
Rosyidah,
Inayatur. 2010. Relevansi Ilmu Pengetahuan, Filsafat, Logika dan Bahasa dalam
Membentuk Peradaban. el-Harakah 12(1).
Santoso,
Joko. 2020. Momentum
40 Tahun Perpustakaan Nasional dan Revolusi Industri 4.0. Diakses
dari: https://nasional.sindonews.com/read/32701/18/momentum-40-tahun-perpustakaan-nasional-dan-revolusi-industri-40-1589666724 pada tanggal 1 Juni 2020.
Santoso,
Joko. 2020. Perpustakaan Nasional Ikon Peradaban Bangsa. Diakses dari https://www.liputan6.com/regional/read/4256078/perpustakaan-nasional-ikon-peradaban-bangsa pada tanggal 1 Juni 2020.
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^