Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 7)

Hari berikutnya, bekerja bakti mengisi air di bak mandi, memperbaiki talang air, dan membangun rumah tetangga. Di rumah kami terdapat dua bak mandi yaitu di atas dan di kolong. Bak mandi di atas berupa sumur tadah hujan. Tadinya hanya ada talang kecil yang mengalirkan satu air hujan dari satu larik genteng saja. Oleh karena itu, kami memasang talang dengan jangkauan genteng yang lebih lebar agar lebih banyak air tertampung. Sementara itu, ada satu bak mandi di bawah yang tidak lagi dipakai. Kami bejibaku membersihkannya dan berniat mengisi air yang akan kami beli. Dari sini pula, kami merencanakan untuk membeli air dari warga desa di Lembah Kaledupa. Mereka mematok harga 50.000 untuk 1.200 liter air bersih. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kami bahwa air sangat berharga disini, dan lebih bijak dalam menggunakan air. Sore hari, kami memutuskan untuk singgah ke rumah ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pak Mulyadi yang ada di Desa Jamaraka. Kami berbincang dengan Pak Mul c

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 6)

Beberapa dari kami mulai gelisah atas kegabutan ini. Alfi, Ana, dan Jafar berinisiatif untuk survei mata air dan fasilitas umum di Desa Pajam. Mereka menemukan dua mata air yaitu mata air Tefufu di lembah Pajam, dan mata air di sekitar kantor Polsek. Mata air tersebut menjadi darah segar yang mengalirkan kehidupan bagi warga Pajam. Mata air Tefufu terletak kurang lebih 1,5 km dari pondokan kami yang dapat ditempuh melewati Dusun Palea maupun Dusun Jamaraka. Disana terdapat tiga sumur yang dibagi peruntukannya sebagai berikut: 1 sumur untuk air minum, 1 sumur untuk mandi dan mencuci bagi kaum perempuan, dan 1 sumur untuk mandi dan mencuci bagi kaum laki-laki dengan lokasi yang lebih jauh. Air permukaannya cukup dangkal. Bening pula. Pada sumur untuk air minum, warga biasanya mengambil air tersebut untuk dikonsumsi langsung. Sekalian survei, mereka mengamati rumah tenun modern hibah dari pemerintah daerah di depan pondokan kami. Di rumah tenun tersebut hanya terdapat satu mesin ten

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 5)

Wakatobi notabene dikenal sebagai daerah dengan kekayaan laut melimpah. Oleh sebab itu, kami sangat ingin mencicipi ikan-ikan disini. Sayangnya ada satu anggota kami yang tidak doyan ikan, Haha. Kami mulai kehabisan bahan dapur, dan ingin belanja ke pasar. Pasar terdekat dari Pajam yaitu Pasar Buranga dan Pasar Ambeua. Buranga berada sekitar 2 km dari pondokan kami, buka sangat pagi hingga jam 5.30, banyak sayuran segar disana. Sementara itu, Pasar Ambeua berada di dekat pelabuhan dengan jarak 13 km dari pondokan, buka pagi hingga sore hari, dengan produk yang lebih lengkap disertai minimarket di sekitarnya. Karena tidak ada yang mampu bangun dini hari diantara kami, akhirnya pergilah kami ke Pasar Ambeua. Sebenarnya hanya Alfie dan Beng saja hehe. Pulang dari pasar, kami mendapati seorang Ibu berjualan ikan mormar atau ikan kunir yang lewat depan pondokan kami. Satu ekor dihargai Rp2.000,00. Murah, cuy! Tapi betapa kagetnya kami setelah diberi tahu pricelist sayuran yang dibel

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 4)

Pagi di Pajam. Mungkin karena kelelahan, waktu Subuh kami bangun untuk sholat, habis itu tidur lagi hehe. Namun, Haha dan Alfi memutuskan untuk jalan-jalan pagi mengitari Dusun Palea. Mereka menjumpai warga yang beraktivitas pagi hari, mulai dari hanya duduk santai, membuka toko, membuat api, membuat kasuami, dan lain-lain. Juga mengamati keberadaan warung, counter pulsa, bangunan SD dan SMP, Benteng Kamali, sekretariat tenun ikat Djalima, rumah tenun modern, dan masjid. Kebanyakan warung disini merupakan toko kelontong yang menjual bahan kering, tentu saja tidak selengkap toko kelontong di Jawa. Counter pulsa disini pun hanya menjual pulsa saja, tidak menjual kartu perdana. Bangunan SD dan SMP sudah permanen dengan sarana prasarana dan tingkat keamanan yang kurang memadai. Benteng Kamali merupakan “keraton” yang sakral dan tidak boleh dimasuki oleh masyarakat umum sembarangan. Rumah tenun berupa dua macam yaitu modern dan tradisional. Sepanjang jalan berjumpa dengan pohon nangka y

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 3)

Merry Christmas, Yunefa! Teman kami, Yunefa, hari ini merayakan Natal. * Masih di Wanci, hujan turun pagi-pagi di jam yang sudah kami sepakati. Semua barang, dan peserta sudah bersiap untuk meninggalkan kantor WWF menuju ke lokasi KKN. Bus Pemda setia mengantarkan kami menuju Pelabuhan Mola untuk melepas kepergian kami. Yaa, candaan khas anak-anak mewarnai perjalanan kami di dalam bis. Pelabuhan Mola ini berupa dermaga kecil yang luasnya tidak lebih dari lapangan sepak bola. Ada beberapa penjual minuman segar, ikan, dan barang-barang untuk bepergian. Tanpa diduga, ternyata kantong kresek tempat telur kelompok kami berlubang besar. Jadilah telur kami jatuh di jalan, bahkan ada satu yang jatuh di dalam bis. Akhirnya kami bereskan seadanya dengan tisu dan plastik seadanya. Niat kami, sampah ini akan kami buang ke tempat sampah di pelabuhan. Ternyata kami tidak menemukan tempat sampah. Akhirnya kami titipkan kepada salah satu ibu penjual minuman di dermaga dengan harapan akan dib