Skip to main content

KKN-PPM UGM Wakatobi (Hari 3)


Merry Christmas, Yunefa!
Teman kami, Yunefa, hari ini merayakan Natal.
*
Masih di Wanci, hujan turun pagi-pagi di jam yang sudah kami sepakati. Semua barang, dan peserta sudah bersiap untuk meninggalkan kantor WWF menuju ke lokasi KKN. Bus Pemda setia mengantarkan kami menuju Pelabuhan Mola untuk melepas kepergian kami. Yaa, candaan khas anak-anak mewarnai perjalanan kami di dalam bis. Pelabuhan Mola ini berupa dermaga kecil yang luasnya tidak lebih dari lapangan sepak bola. Ada beberapa penjual minuman segar, ikan, dan barang-barang untuk bepergian.
Tanpa diduga, ternyata kantong kresek tempat telur kelompok kami berlubang besar. Jadilah telur kami jatuh di jalan, bahkan ada satu yang jatuh di dalam bis. Akhirnya kami bereskan seadanya dengan tisu dan plastik seadanya. Niat kami, sampah ini akan kami buang ke tempat sampah di pelabuhan. Ternyata kami tidak menemukan tempat sampah. Akhirnya kami titipkan kepada salah satu ibu penjual minuman di dermaga dengan harapan akan dibuang bersama dengan sampah yang lain. Eh! Kami kaget kemudian. Ibu tersebut langsung saja membuang sampah yang kami titipkan ke laut. Kami merasa melempar batu sembunyi tangan. Sampah itu sama saja kami buang ke laut, namun melalui tangan orang lain. Ada semacam tanggung jawab moral bagi kami untuk membayar kesalahan kami nanti di Kaledupa.
Naik kapal Wangi-wangi ke Kaledupa ini menjadi pengalaman pertama bagi sebagian kami. Rela duduk di geladak kapal berjajar macam pengajian demi menikmati perjalanan. Ombak yang tenang, angin yang sepoi, panas yang bersahabat. Ah, syukak pokoknya! Dua jam di perjalanan cukup lama ternyata. Kami tidur dengan sapuan sinar matahari yang tidak terlalu terik. Di tengah laut, sempat-sempatnya kami mengecek koneksi internet. Dan, surprised! Terkadang masih ada koneksi internet di tengah laut. Kami sempatkan untuk membuka Google Map dan mendeteksi lokasi kami. Tiap mendekati daratan, kami menduga-duga apakah itu pulau Kaledupa atau bukan. Dna ternyata bukan. Gitu aja terus. Monmaap, emang norak semua kami ini wkwk.
Saat hampir ke daratan, kami melihat kampung suku Bajo yang berada di atas laut seperti di HP dan TV yang sering kita lihat, kini ada di depan mata. Singkat cerita, sampailah kami di Pelabuhan Ambeua. Pelabuhannya kecil, di samping Kawasan mangrove. Dugaanku, pelabuhan ini dulunya merupakan bagian dari kawasan mangrove, dan kawasan ini semakin terkikis seiring dengan ramainya pelabuhan Ambeua.
Tim Mantigola dan Horuo langsung dijemput oleh pemerintah desa (Pemdes) masing-masing, naik pick up menuju ke kantor kecamatan Kaledupa untuk upacara penerimaan. Giliran tim Pajam tidak segera dijemput oleh Pemdes dan harus menunggu beberapa waktu. Karena gerimis kami putuskan untuk berteduh dengan membawa barang angkutan layaknya mahasiswa KKN yang luar biasa banyak.
Fyi, Desa Mantigola dan Horuo tergabung dalam kecamatan Kaledupa, sementara itu Desa Pajam merupakan bagian dari kecamatan Kaledupa Selatan. Tim Pajam memang spesial. Setelah dijemput paling terakhir, pada saat upacara di kecamatan pun kades kami dengan sendirinya tidak hadir. Ok!
Kami sampaikan perpisahan ke teman-teman Mantigola dan Horuo selepas upacara di kecamatan. Tim Pajam langsung menuju ke desa Pajam. Dan, wow! Ternyata Pajam di tengah-tengah pulau yang sebenarnya, dan paling tinggi. Jalan khas karst, naik, bergelombang, liku-liku. Tapi kami paling terhomat, karena ditemani oleh Pak Camat Kaledupa Selatan yang sengaja meluangkan waktunya untuk hadir di Kaledupa, dan DPL kami Pak Derajad.
Sepanjang jalan, Pak Camat bercerita mengenai gambaran kondisi Pajam baik secara geografis maupun secara sosial. Beliau juga menyampaikan perjuangan LSM dalam upaya memberdayakan masyarakat Kaledupa. Sepertinya, KKN kami akan penuh dengan cerita dan tantangan.
Kami diantarkan ke rumah Ibu Pak Camat di Pajam, karena kebetulan beliau asli Pajam. Ibu Pak Camat super baik, dan menyambut hangat tim kami. Rumah semi panggung yang permanen. Sekilas rumah Ibu Pak Camat tampak mencolok dibandingkan dengan rumah di sekitarnya dan menandakan kehidupan yang lebih baik. Kami kira, kami akan ditempatkan di rumah Pak Camat. Ternyata kami diantarkan menuju rumah salah seorang penduduk yang tidak jauh dari rumah Ibu Pak Camat.
Rumah panggung dengan kolong batuan karang yang menonjol. Kami disambut wanita muda, namanya Mama Kia. Mama Kia berarti Ibunya Kia, anak bungsunya. Mama Kia mengenalkan kami pada Mama Indah, pemilik rumah yang masih ada hubungan keluarga dengan Pak Kepala Desa Pajam. Kesan pertama kami dengan Mama Indah: ramah dan penyayang. Mama Indah mengenalkan kami pada keadaan rumahnya.
Oke, kita ke deskripsi rumahnya. Rumah panggung yang luaaaaaaaas banget, dinding dari kayu, lantai depan dari kayu, lantai belakang dari bilah bambu. Hal yang menarik: tempat cuci dan sumur tadah hujan. Lantai yang terbuat dari bilah bambu ini menawarkan kemudahan dalam mencuci. Kita tidak perlu susah-susah membuat saluran air, tinggal grujug saja air bekas cucian ke lantai dan akan sampai ke kolong bawah. Ini sangat menyenangkan bagi kaum perempuan. Sumber air utama di Pajam adalah air hujan. Selain itu, ada sumur di lembah pegunungan atau bisa juga membeli air dari pemasok. Air hujan yang turunnya tidak tentu ini akan dipanen melalui talang rumah dan ditampung ke dalam sumur tadah hujan untuk dapat digunakan sewaktu-waktu. Setiap warga biasanya mempunyai sumur tadah hujan sendiri-sendiri dengan daya tampung bervariasi. Sumur punya Mama Indah luas dan dalam dengan volume tampungan bisa mencapai 20000 liter kali ya? Pokoknya gede deh. Ini kami tidak tahu, berapa usia air yang ada di dalam sumur, kami pakai saja hehe.
Mama Indah bercerita mengenai sejarah dan budaya di Kaledupa, mulai dari tenun Pajam, tarian Lariangi, makanan khas, dan lain-lain. Ini kali pertama pula kami mendengar, ku poilo ko. Artinya, aku cinta kamu. Hehe. Mama Indah juga mewanti-wanti kami barangkali suatu saat terdengar suara dug-dug di lantai seperti orang berjalan, itu orang baik yang menjaga kami di rumah. Gimana? Serem ga tuh?
Mama Indah hidup di rumah sendiri, dan kadang-kadang saja pulang ke rumah yang kami huni di Pajam ini. Beliau kebanyakan tinggal di rumah anak-anaknya, di Langge, Buranga, dan desa lain di Kaledupa. Beliau, kemudian pamit karena sudah dijemput cucunya untuk pulang ke Langge.
Selepas itu, kami berbagi kamar laki-laki dan perempuan, menentukan ruang rapat, dan sholat. Tiba-tiba hari sudah sore saja. Kaum laki-laki pergi sholat ke masjid sekaligus survei dan memulai interaksi dengan warga. Sementara itu, Pak Derajad yang tadinya mengobrol dengan Pak Camat di rumah Ibu Pak Camat, mengunjungi pondokan kami. Beliau juga menyampaikan beberapa hal yang perlu kami tahu seperti norma yang berlaku, adanya konflik vertikal yang perlu kami sikapi dengan bijak, dan pesan-pesan untuk KKN kami. Beliau kemudian pamit pulang menuju ke Mantigola dan Horuo.
Drama selanjutnya adalah mandi dalam keadaan susah air. Akhirnya kami berpencar menuju ke rumah Mama Kia, Ibu Pak Camat, dan tetangga untuk mandi. Itu karena kami belum siap untuk mandi di pondokan kami sendiri, mohon maaf.
Drama lagi. Kami berhadapan dengan kompor minyak tanah yang sepertinya sudah lama tidak digunakan. Beruntung, Jafar bisa mengoperasikan kompor itu. Dengan kondisi sangat lapar, karena makan terakhir pada malam hari di Wanci, kami berupaya sekuat tenaga untuk masak bekal mi instan kami. Masak pertama di kompor minyak untuk sepuluh orang.  Yeay!
Kenyataan lain yang harus kami hadapi adalah aliran listrik yang hanya menyala pada jam 5 sore hingga 5 pagi.
Malamnya kami lanjutkan dengan rapat perdana kami membahas kebutuhan pondokan, kesepakatan tim, dan agenda kerja kami.
A tiring yet exciting day!

Comments

Popular posts from this blog

Keterima GT/MT Sinarmas Forestry

Keterima Seleksi Sinarmas Forestry  How’s your post-college life? Seems suck, isn’t it? Be calm, thing takes time.  Penting banget buat menentukan (prioritas) tujuan akan kemana kita setelah lulus, bahkan sebaiknya dipikirkan sebelum lulus itu sendiri. Tujuan jangka pendek, menengah, pun panjang. Disusun detil lebih baik, tapi kalau berat ya yang kasar dulu aja. Paling tidak sedikit mengurai keruwetan atas pikiran kita sendiri.  Buatt aku, bergabung dengan Sinarmas Forestry menjadi baby step untuk tujuan jangka menengah. Jadilah aku daftar. So, tentukan tujuan dulu ya sebelum mendaftar! 1. Daftar di Platform Jobseeker  Waktu itu aku daftar sebagai Graduate Trainee/GT (semacam MT) melalui jobstreet.  Sebelum apply:  a. Cek kelengkapan profil, posisi terakhir/pengalaman usahakan relate dengan sinarmas forestry. Bisa Bahasa Indonesia atau Inggris, yang penting konsisten dan bisa dipertanggungjawabkan.  b. Baca requirement dan job description, kalo ga cocok just simply skip it away!  c. Is

Pengalaman Seleksi CPNS Kementerian Koordinator Bidang (Kemenko) Perekonomian

Ini cerita seleksi CPNS 2019 yaa.. Saya merupakan lulusan Fakultas Kehutanan UGM. Awalnya saya tidak berniat ikut CPNS, karena punya rencana masa depan yang lain. But, for the sake of my parents, I did this . Semacam menggugurkan kewajiban saja hehe. Asal tidak rugi apa-apa. Sebagai fresh graduate 2019 , ini salah satu kesempatan adu nasib yang bisa dicoba. Dimana-mana teman-teman dan kakak tingkat membicarakan ini. Saya diwisuda tanggal 21 November 2019. Pendaftaran CPNS dibuka hingga akhir November, bergantung pada instansi masing-masing. Gas aja sih! Saya melamar sebagai Analis Perekonomian di Deputi Bidang Koordinasi Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (Deputi 3) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Saya sebut Ekon saja ya biar singkat).  Secara garis besar, seleksi CPNS ini terdiri dari 3 tahap: 1.       Seleksi Administrasi 2.       Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) 3.       Seleksi Kompetensi Bidang (SKB)   SELEKSI ADMINISTRASI Wajib diingat: t

Mars STM Pembangunan

Lagu ini pertama saya dengar pada saat MOS. Sebagai siswa baru, tentu bergumam “lagu apa sih?”. Saya juga. Karena pada saat saya MOS, sekolah saya berstatus SBI, jadilah pengantar MOS pakai Bahasa Inggris. Penjelasan apa makna lagu ini tak sedikitpun saya dapat. Namun mendengar lagu ini membuat kesan sarat akan makna, keramat, sakral atau perasaan lain semacam itu. Karena dinyanyikan di saat saya masuk Stemba (MOS) dan keluar dari Stemba (wisuda). Setelah saya browsing, dan mendapatkan info yang cukup lengkap dari   http://arie5758.blogspot.co.id/   , saya pikir ada benarnya untuk berbagi tentang Mars STM Pembangunan. Jadi sejarahnya seperti ini, Dalam rangka memperingati Lustrum Pertama STM Pembangunan Yogyakarta mengadakan Lomba Cipta Lagu Mars dan Logo STM Pembangunan. Hasil lomba lagu dipilih lagu mars ciptaan Sudarto untuk direvisi dan dijadikan sebagai Lagu Mars STM Pembangunan Yogyakarta. Berikut ini adalah copy SK Dewan juri Lomba Cipta Lagu Mars STM Pembangunan Yogyakart